Jumat, 26 Oktober 2012

SOLUSIO PLASENTA


      A.   Definisi  Solusio  Placenta
Solusio placenta merupakan terlepasnya placenta yang letaknya normal pada kopus uteri yang terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Kejadian ini sering terjadi dalam kehamilan triwulan ketiga dan bisa juga pada setiap saat dalam kehamilan triwulan ketiga dan bisa juga pada setiap saat dalam kehamilan > 22 minggu dengan berat janin > 500 gram disertai dengan pembekuan darah.
Solusio plasenta adalah terlepasnya placenta dari tempat implantasinya yang normal pada utrus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram. ( Rustan 2002).
Solusio placenta adalah pelepasan placenta sebelum waktunya plasenta itu secara terlepas anak lahir jadi placenta terlepas sebelum waktunya kalau terlepas sebelum anak lahir.
Solusio placenta adalah sebagian atau seluruh placenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak( obstetric patologi 2002)  
      B.   Jenis – Jenis Solusio Placenta
Menurut cara terlepasnya dibagi menjadi:
1.      Solusio placenta parsialis yaitu dimana hanya sebagian kecil pinggir placenta yang terlepas dari tempat perlekapannya.
2.      Solusio placenta totalis atau komplit yaitu dimana placenta terlepas seluruh dari tempat perlekapannya


Secara klinis dibagi menjadi :
1.      Solusio placenta ringan yakni rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil placenta yang tidak brdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya. Dengan gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali, perut terasa agak sakit terus menerus agak tegang.
2.      Solusio placenta sedang dalam hal ini placenta telah lebih dari seperempatnyatetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya, ditandai: perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, perut mendadak sakit terus-menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tetapi kemunkinan lebih banyak perdarahan didalam, didinding uterus teraba terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian janin sulit diraba, apabila janin masi hidup bunyi jantung sukar didengar dengan stetoskop biasa haru dengan stetoskop ultrasonic.
3.      Solusio placenta berat, placenta lebih dari dua pertiga permukaanya terjadinya terjadi sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal, gejalanya:  ibu telah masuk dalam keadaan syok dan kemunkinan janin telah meninggal, uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi besar kemungkinan talah terjadi kelainan pembeekuan darah dan kelainan ginjal.
     C.   Etiologi
Solusio placenta hingga kini belum diketahui dengan jelas, walaupun beberapa keadaaan tertentu dapat menyertai seperti : umur ibu yang tua (>35 thn), karena kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas, penyakit hipertensi menahun, karena perdarahan darah ibu terganggu sehingga suplai darah ke janin tidak ada, trauma abdomen, seperti terjatuh telengkup, tendangan anak yang sedang digendong. Karena pengecilan yang tiba-tiba pada hidramnion dan gemelli, tali pusat yang pendek, pergerakan pergerakan janin yang banyak atau bebas, setelah versi luar sehingga terlepasnya  placenta karena tarikan tali pusat.

D.  Gejala-Gejala.
1.      Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar His
2.      Anemi dan syok, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
3.      Rahim, keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan dengan darah yang berkumpul dibelakang plasenta hingga rahim teregang (uterus en bois)
4.      Palpasi susah karena rahim keras
5.      Fundus uteri makin lama makin naik
6.      Bunyi jantung biasanya tidak ada
7.      Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus-menerus ( karena isi rahim bertambah)
8.      Sering ada proteinuria karena disertai pre-eklampsi.

E.  Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah placenta atau terus yang membentuk haematoma pada desidua, sehingga placenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, haematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan placenta, perdarahan antara uterus dan placenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun tidak jelas. Kejadian baru diketahui setelah placenta lahir, yanng pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternal dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang mulai kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya, haematoma retroplacenter akan bertambah besar sehingga sebagian dan seluruh placenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup dibawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk kedalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi diantara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut couvelarie ( perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplacenter, maka banyak trombosit akan masuk kedalam peredaran darah ibu sehingga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogonemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. 
      F.   Komplikasi
      Komplikasi yang bisa terjadi pada ibu maupun janin yang dikandungnya dengan kriteria :
1.      Komplikasi pada ibu yaitu perdarahan yang dapat menimbulkan: variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok, perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis sampai syok, kesadaran bervariasi dari baik sampai koma.
2.      Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravascular dan disertai hemolisis, terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hifofibrigen dapat menggangu pembekuan darah.
3.      Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
4.      Perdarahan postpartum: pada solusio plscenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga menggangu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri, kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan.
5.      Komplikasi yang terjadi pada bayi: ashfiksia ringan dan berat sampai terjadi kematian janin, karena perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta yang menggangu sirkulasi dan nutrisi kearah janin dalam rahim tergantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari implantasinya.
         G. Penanganan
 1. Pada kondisi Solusio plasenta ringan, jika keadaan janin masih baik dapat
     dilakukan penanganan secara konservatif kemudian menganjurkan ibu untuk
     melakukan posisi semi fowler  atau setengah duduk, mengobservasi tanda-tanda
     vital tiap 15 menit, memantau bunyi jantung janin.
2. Inspeksi tempat perdarahan, menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan CTG
    untuk memonitor keadaan janin, jika perdarahan berhenti, dan keadaan janin baik
    pada kehamilan premature, menganjurkan ibu untuk dirawat inap, bila ada
    perbaikan ( perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada dan janin hidup)
    menganjurkan ibu melakukan pemeriksaan USG dan KTG lalu tunggu persalinan
    spontan, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus-menerus dan uterus
    berkontraksi ini dapat mengancam ibu dan janin). Usahakan partus pervaginam
    dengan amniotomi atau oksitosin, bila pembukaan > 6 cm. Jika terus perdarahan,
    skor pelvic kurang dari 5 atau persalinan masih lama, pembukaan < 6 cm, maka
    segera lakukan seksio saesarea.
3. Solusio plasenta sedang : lakukan pemasangan infus RL 20 tetes/menit dan
    transfuse darah, melakukan pemecahan ketuban, melakukan induksi persalinan
    dilakukan seksio saesarea.
4. Solusio plasenta berat : melakukan rujukan ke rumah sakit, tapi sebelum itu
    perbaiki keadaan umum ibu, melakukan pemasangan infus RL 20 tetes/menit, tidak
   diperbolehkan melakukan pemeriksaan dalam, saat merujuk harus diantar oleh
    petugas kesehatan yang dapat pertolongan, mempersiapkan donor darah dari
    masyarakat atau keluarganya.  


DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Ida Gde Manuaba, 2002, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta ; EGC
Sarwono Prawirohardjo, Prof.Dr.dr, 2007, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Sastrowinoto, Sulaiman, 2005, Obstetri Patologi, Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung  
Rukiyah A.Y,2010, Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan, Jakarta: tim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar